Hay sobat mahasiswa, di awal minggu ini ruangmahasiswa.com pengen ngajak kamu menguak kembali sebuah kisah inspiratif yang sempat hangat diperbincangkan oleh media publik pada Juni 2015 lalu.

Ya .. Bagaimana tidak sobat mahasiswa, karena kisahnya ini telah membuka mata banyak orang bahwa tekad, semangat serta kerja keraslah yang mengubah kehidupan seseorang.

Kisahnya ini juga telah membuktikan pada kita semua bahwa keterbatasan keuangan ataupun kemiskinan tidak menjadi penghalang bagi kita untuk menuntut ilmu setinggi-tinginya.

Kira kira siapa  ya, tokoh inspiratif yang akan kita bicarakan kali ini ??

Nah, untuk mengobati rasa penasaran sobat sekalian, kami bakal hadirkan kisahnya:

Disimak yaa…

Melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi merupakan impian dari setiap orang. Bagaimana tidak Sobat Mahasiswa di dunia yang modern dan semakin canggih ini, pendidikan merupakan salah satu faktor yang akan membawa kita kepada pintu kesuksesan.

Tetapi meski demikian hal ini tidak juga menutup kemungkinan bahwa orang orang yang tidak memiliki ijazah dari sekolah formal tidak mampu mencapai kesuksesan mereka.

Baca: Maudy Ayunda, Tokoh Muda yang Multi Talented

Wahyudin namanya, dia adalah sosok yang pastinya telah menginspirasi banyak orang, saya bahkan mungkin sobat mahasiswa juga.

Wahyudin merupakan salah seorang Mahasiswa yang berhasil melanjutkan pendidikan S2 pada program Magister of Bussiness Administration di ITB melalui jalur beasiswa, dan bahkan dia juga perpeluang untuk melanjutkan pendidikan S3 di luar negeri dengan latar belakang sebagai pemulung.

pemulung ingin s3 di luar negeri

Wahyudin saat diwawancarai MetroTV. Source: Youtube.com

Ya.. pencapaian yang mungkin siapapun tidak menyangka, tetapi itulah faktanya. Pada 2013 yang lalu, Wahyu masih ditemui memanggul karung yang berisi kardus bekas yang dijual per kilogramnya. Ya.. “PEMULUNG” merupakan sebuah profesi yang dilakoninya sejak duduk di bangku kelas IV Sekolah Dasar.

Baca: Keahlian Fachrin Aulia Nst di Bidang IT Mengantarnya Sampai Ke Amerika

Wahyudin merupakan anak sulung dari 3 bersaudara, dan ibunya merupakan istri kedua ayahnya. Dari istri yang pertama ayahnya memiliki 5 orang anak. Ayah Wahyudin hanyalah seorang buruh tani, selain itu juga melayani jasa ojek sebagai sampingan. Ibunya juga bertani menggarap tanah orang, yang hasilnya hanya cukup untuk makan bukan untuk sekolah.

Keterbatasan ekonomi yang dialami keluarganya, membuat Wahyudin harus berpikir berulang kali untuk meminta restu orang tuanya untuk melanjutkan sekolahnya. Bahkan saudara saudaranya juga harus putus sekolah hanya untuk membantu orangtua memenuhi kebutuhan hidup.

Ya, kondisi ini tentunya sangat jauh berbeda dengan kondisi sobat mahasiswa sekalian yang mendapat dukungan penuh dari orangtua dan tidak mengalami masalah financial seperti yang Wahyudin alami.

Namun semangat dan tekadnya, tidak membuatnya menyerah dan pasrah terhadap kondisi hidup yang dialaminya, dan  Wahyu pun memutuskkan untuk melanjutkan sekolahnya. Kebutuhan hidup dan sekolah membuatnya harus sekolah sambil bekerja.

Di bangku Sekolah Dasar Wahyudin menjadi pemulung sekaligus menggembalakan kambing, di SMP dia menjadi penjual gorengan dan di SMA dia bekerja sebagai pemulung, penggembala kambing, mengajar les, penyiar radio, penjual susu murni, pedagang asongan di tepi rel,  7 profesi inilah yang ditekuninya di luar kegiatan sekolah.

Meskipun memikul 7 profesi ketika sekolah, tapi hal itu tidak membuat prestasinya mengendur. Hal ini dibuktikan Wahyudin dengan selalu mendapat peringkat di kelasnya.

Dan bukan hanya itu, di S1 Wahyudin juga meraih IPK 3.85. Wahyudin menempuh pendidikan S1 di Fakultas Ekonomi Universitas Muhammmadiyah Prof Dr Hamka(UHAMKA). Dia diwisuda pada tahun 2013 lalu dan masih berprofesi sebagai pemulung.

pemulung ingin s3 di luar negeri

Ketika ingin melanjukan studinya ke ITB Wahyudin harus mengikuti tes Matematika dan Bahasa Inggris. Wahyudin tidak pernah ikut kursus sama sekali sebelumnya, tiba tiba mau S2 kuliah yang harus ditekuninya full bahasa Inggris. Tapi tidak ada halangan yang tidak bisa dilalui kan sobat mahasiswa, selagi kita tetap berusaha. Awalnya dia hanya belajar tulisan saja, sedangkan di perkuliahan butuh untuk lancar berkomunikasi. Kursus English Conversation ?? Mahal.

Untuk mengakalinya, Wahyudin pun belajar bahasa nggris dari hasil pengalamannya menjadi tour-guide. Dari modal  berbincang dengan turis itulah Wahyudin lulus tes dan menyandang status sebagai mahasiswa Magister ITB.

Sekarang Wahyudin ingin melanjutkan pendidikannya ke jenjang S3 di luar negeri.

Luar biasa ya sobat mahasiswa…

Baca: 5 Kunci Kesuksesan Sundar Pichai menjadi CEO Google

Tidak ada perjuangan yang tidak membawakan hasil. Saya rasa ini cukup memuktikan bahwa keterbatasan ekonomi tidak menjadi  penghalang bagi kita untuk meraih masa depan yang lebih baik.Kita punya kesempatan yang sama, …

Tidak ada usaha yang sia – sia, kerja keras pasti terbayarkan dengan hasil yang memuaskan.