Siapa yang tak mengenal Dilan? Sang penulis novel, Pidi Baiq, merilis film garapannya bersama sutradara Tubagus Deddy yang bertajuk Koboy Kampus.
Film yang dirilis pada tahun 2019 ini diangkat dari kisah nyata Pidi Baiq sendiri semasa ia remaja.
Pidi, Ninu, Deni, Erwin, dan Didik merupakan sekelompok mahasiswa Fakultas Seni Rupa ITB yang digambarkan sebagai Koboy Kampus.
Ardi, salah seorang teman mereka, merupakan mahasiswa yang aktif berorasi dan sibuk turun ke jalan untuk menyuarakan penolakan terhadap pemerintah di era awal reformasi.
Di sisi lain, Pidi dan empat kawannya justru memandang bahwa sibuk mengurusi negara yang memang sudah terlalu memperihatinkan dengan aksi demonstrasi bukanlah pilihan yang tepat.
Bagaimana cara Pidi dan kawan-kawan membawa perubahan tanpa ikut turun ke jalan?
Mereka memilih jalan lain untuk melakukan perubahan dan menyuarakan kritik mereka terhadap penguasa dan pemerintah pada masa itu.
Kisah ke-5 Koboy Kampus ini juga dibumbui dengan cerita kehidupan dengan segala realitas yang mereka dihadapi sebagai remaja.
Segala Bentuk Permasalahan dalam Keseharian Hidup Mahasiswa
Sepeti judulnya, film Koboy Kampus ini mencoba mengangkat kisah mahasiswa, khususnya di era 90-an yang dihadapkan dengan berbagai persoalan.
Koboy Kampus sendiri merupakan sebutan bagi mahasiswa yang telah lama menghabiskan waktu di kampus dan terancam mengalami drop out.
5 Koboy Kampus yang menjadi tokoh utama dalam film ini dikisahkan tengah mengahadapi permasalahan, di antaranya permasalahan tentang akademi, politik dan kondisi negara, persahabatan, hingga percintaan.
Semua permasalahan ini dibungkus dengan apik dan disertai selipan humor ringan yang nyeleneh.
Kita sebagai penonton disuguhi pemandangan tentang kehidupan kampus dengan konflik yang tidak begitu kuat. Namun, tetap menarik dan membuka pandangan tentang realitas kehidupan sebagai mahasiswa.
Baca juga: 7 Film yang Wajib Ditonton oleh Mahasiswa
Membawa Perubahan dengan Cara Kreatif
Di penghujung era kepemimpinan Presiden Soeharto, pergolakan besar terjadi di seluruh penjuru negeri. Persoalan ekonomi semakin tak terhelakkan hingga akhirnya mahasiswa banyak turun ke jalan.
Mungkin, sebagian besar dari kita mengira bahwa aksi demonstrasi berbekal semangat perubahan adalah satu-satunya jalan keluar untuk memperbaiki kondisi negeri kala itu.
Namun, tidak dengan Pidi Baiq.
“Jika tidak puas dengan negara sendiri, maka buatlah negara sendiri”
Begitulah salah satu kutipan dalam film ini yang menarik untuk dibahas.
Pidi sang tokoh utama dan keempat kawannya menginisiasi berdirinya negara fiktif bernama The Panasdalam. Kini, The Panasdalam dikenal sebagai grup musik yang dibentuk pada tahun 1995
Jika dipahami lebih dalam, pembentukan negara fiktif ini sebenarnya mendorong kita untuk lebih membuka mata bahwa ada banyak jalan menuju Roma.
Di tengah konsekuensi besar yang menghadang mahasiswa ketika turun ke jalan, mereka memilih memberontak dan menunjukkan sikap politik mereka dengan cara yang sama sekali baru sebagai jalan aman.
Melalui film ini, kita diajak untuk menikmati pemberontakan kreatif ala Pidi dan kawan-kawan.
Kita mendapat pemahaman bahwa di setiap kesulitan dan kondisi berat yang menghadang, selalu terdapat peluang untuk menyelesaikannya dengan strategi baru yang kreatif.
Baca juga: Mengupas Makna Pendidikan Sebenarnya lewat Film Edukasi 3 Idiots
Perlu dipahami, Pidi dan kawan-kawan bukan benar-benar mendirikan negara fiktif atas dasar kebencian terhadap NKRI.
Mereka menunjukkan aspirasi mereka dan mengkritik rezim yang buruk kala itu dengan cara yang berbeda serta dibarengi dengan candaan.
Secara keseluruhan, film ini sangat cocok untuk mengusir segala kepenatan dan hiruk pikuk kehidupan mahasiswa.
Dengan pembawaan yang menghibur, film ini mampu mendorong kita untuk melihat segala peluang yang ada tanpa terkesan memaksa dan menggurui.
Kehidupan sebagai mahasiswa atau remaja memang tidak seenak bayangan kita sewaktu kecil dulu. Akan tetapi, jangan lupakan segala bentuk jalan keluar yang menunggu untuk segara dilewati, sobat.
Selama ini, kita mungkin terlalu terpaku kepada solusi yang mainstream dan banyak dilakukan orang lain. Kita bahkan terlalu takut untuk memulai sebuah perubahan dengan cara kita sendiri.
Sebenarnya, kita tidak selalu diwajibkan untuk menyelesaikan segala persoalan dengan jalan yang sama bila jalan itu memang tidak sesuai dengan preferensi dan pemahaman kita.
Hal yang kita perlukan sebagai agen perubahan pada intinya adalah kreativitas dan keberanian.
Baca juga: 7 Kegiatan ini Bukti Nyata Mahasiswa yang Kreatif
Pada setiap kesempatan, temukan ide-ide kreatif dan realisasikan ide itu dengan keberanian ya, sobat!
Penulis Hana Palestri
Mahasiswi Universitas Gadjah Mada