Hai, sobat mahasiswa! 

Tugas mahasiswa biasanya tidak terlepas dari kegiatan tulis-menulis karya tulis ilmiah (KTI). Tak jarang tugas yang diberikan mengharuskan kita mengutip sumber bacaan agar tidak dituduh plagiarisme.

Tentunya dalam mengutip sumber bacaan tidak bisa asal-asalan. Masih ada ketentuan yang harus dipahami sebelum mengutip. Bahkan, jika kita salah dalam mengutip masih bisa menyebabkan tugas kita terkena indikasi plagiarisme. 

Namun, tenang saja. Berikut ini tips mengutip sumber bacaan yang telah kami rangkum di Ruang Mahasiswa.

1. Teknik Menulis Kutipan dan Kaitannya dengan Rujukan

Dalam memulai pengutipan, hal pertama yang harus sobat perhatikan adalah menentukan teknik penulisan kutipan dan kaitannya dengan sumber rujukan.

Ada tiga teknik mengutip berdasarkan pada penulisan sumbernya, yaitu

  • catatan kaki (footnote)
  • catatan tubuh (bodynote), dan
  • catatan punggung/akhir (endnote)

Sobat dapat memilih teknik pengutipan mana yang akan digunakan. Biasanya teknik pengutipan yang sering digunakan adalah catatan kaki (footnote) dan catatan tubuh (bodynote).

Dalam satu karya ilmiah kita hanya bisa menggunakan satu jenis teknik ya bisa footnote atau bodynote tergantung pada format yang diberikan.

Setelah memilih teknik pengutipan apa yang dipakai nantinya akan berpengaruh pada cara pengutipan pada kalimat dan sumber rujukan atau daftar pustaka.

Berikut ini contoh perbedaan pengutipan jika menggunakan teknik pengutipan dengan sistem footnote atau bodynote:

Footnote

  • Mencantumkan nomor indeks di akhir kutipan
  • Menjelaskan sumber kutipan secara detail

Contoh footnote:

Dalam studi Hubungan Internasional tradisional pada dasarnya tujuan aktor negara adalah power. Menurut Schwarzenberger, power adalah salah satu faktor utama dalam Hubungan Internasional yang digunakan negara untuk memengaruhi negaral lain guna mencapai tujuan
yang diinginkannya. 1


Bodynote 

  • Sumber kutipan setelah mengutip kalimat dengan menggunakan tanda kurung (…..)
  • Hanya mencantumkan nama belakang penulis, tahun, dan nomor halaman

Contoh:

Menurut Nye (dalam Hutasoit dan Dermawan, 2019, 2008: 57), diplomasi publik terdiri dari tiga dimensi. Pertama, adanya daily communications (komunikasi sehari-hari). Kedua, strategic communications (komunikasi strategis). Ketiga, membangun dan menjaga hubungan dengan negara lain.


Baca juga: 5 Manfaat Publikasi Karya Tulis Ilmiah di Jurnal

2. Mengatur Style Pengutipan melalui Aplikasi Pengutipan

Langkah selanjutnya, sobat mulai mengatur style pengutipan dengan menyesuaikan ketentuan yang berlaku.

Untuk mengatur style bisa dilakukan pada aplikasi pengutipan, seperti Microsoft Word, Mendeley, Zotero, dan aplikasi sejenisnya.

Di antara semua aplikasi ini sobat bisa melakukan pengaturan melalui Microsoft Word. Hal ini karena tampilan pengaturan di Microsoft Word lebih simple sehingga mudah untuk dipelajari bagi pemula.

Penulisan style kutipan dan referensi karya ilmiah dapat menggunakan menu citations & bibliography yang ada pada Ms. Word 2007, 2010, 2013

Adapun beberapa style yang bisa dipilih di antaranya: 

  • American Psychological Association (APA) style
  • Chicago Style
  • Harvard Style
  • Turabian Style
  • Vancouver Style
  • Kombinasi

Baca juga: Apakah Membaca Buku itu Wajib? Berikut 8 Alasannya!

3. Mempertimbangkan Jenis Kutipan yang Digunakan

Sobat harus memilih jenis kutipan mana yang akan digunakan. Dalam melakukan sitasi terdapat dua jenis kutipan yang biasanya digunakan, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

Kutipan langsung adalah kutipan yang ditulis dalam bahasa dan ejaan yang sama persis dengan sumber aslinya, mencakup ejaan, tanda baca, dan lain-lain.

Biasanya kutipan langsung ini mudah dikenali dengan adanya tanda petik (“….”) pada sebuah kalimat.

Jika sobat memilih untuk mengutip secara langsung, maka ada 2 cara pengutipannya:

  • Kutipan langsung pendek
  • Kutipan langsung panjang

Selanjutnya, ada kutipan tidak langsung atau biasanya dikenal dengan parafrasa.

Parafrasa adalah pernyataan suatu kalimat menggunakan kalimat yang berbeda dari kalimat asli, tetapi tidak mengubah maksudnya dan tidak menggunakan tanda petik. 

Meskipun sudah memparafrasa kalimat, tetap harus mencantumkan sumber dari mana kalimat tersebut diambil.

Oh ya, persamaan kedua kutipan di atas adalah sama-sama harus mencantumkan sumber ya.

Berdasarkan pada 2 jenis kutipan di atas, disarankan sobat menggunakan pengutipan tidak langsung. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir terindikasinya plagiarisme dalam tugas/karya ilmiah.

Bukan berarti kutipan langsung tidak penting ya, sobat.

Penggunaan kutipan langsung penting, tetapi hanya digunakan untuk menerangkan kalimat yang tidak bisa diparafrasakan. Misalnya, kalimat yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

4. Mempertimbangkan Urgensi Pengutipan

tips mengutip sumber bacaan
Sumber gambar: pixabay.com

Perlu sobat ketahui bahwa dalam mengutip suatu kalimat atau paragraf harus mempertimbangkan urgensi pengutipan.

Mengapa?

Kita tidak bisa main asal mengambil kalimat penulis lain. Meskipun sobat sudah menyertakan sumber dikutip, tetapi belum tentu kalimat yang dikutip itu sesuai dengan topik yang ditulis.

Kutipan digunakan sebagai landasan teori untuk memperkuat argumen penulis. 

Memang benar semakin banyak kutipan yang kita buat akan menunjang kredibilitas tulisan kita. Namun, jangan sampai tulisan kita hanya berisikan kumpulan kutipan-kutipan saja.

Ingat, kita sedang menulis sebuah karya ilmiah, bukan sedang menulis buku antologi.

Jika banyak melakukan pengutipan, maka orisinalitas karya kita nantinya akan dipertanyakan. Jadi, mohon bijaklah dalam mengutip ya!

Baca juga: 10 Situs Jurnal Internasional untuk Kamu Mahasiswa Akhir

5. Bertanggung Jawab Penuh terhadap Ketepatan dan Kejelian Kutipan

Tips lainnya yang tidak kalah penting adalah ketepatan dan kejelian dalam mengutip.

Jika sobat mengambil sebuah kalimat berasal dari penulis “A”, maka dalam membuat kutipan harus tertulis nama pengarang si “A”. 

Begitu pula dengan daftar pustaka. Sobat harus mencantumkan sumber “A” ke dalam daftar pustaka.

Jangan sampai sumber yang kita kutip rupanya tidak ada di daftar pustaka. Nantinya tulisan tersebut akan dianggap telah melakukan plagiarisme dengan meng-copy daftar pustaka saja.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kejelian dalam memasukan data. Jika mengutip dari buku, maka masukkan data bersumber dari buku. Jika dari jurnal, maka sobat masukkan data bersumber dari jurnal. Begitu seterusnya.

Di sini dibutuhkan ketepatan dan kejelian dalam mengutip karena nantinya akan dipertanyakan dari mana sumber yang kita kutip.


Demikian, tips mengutip sumber bacaan agar terbebas dari plagiarisme.

Semoga tips ini bermanfaat dapat membantu sobat mahasiswa dalam mengutip sumber bacaan.

Terlepas dari itu semua, agar dapat mengutip dengan baik diperlukan banyak latihan. Ikuti ketentuannya dan nikmati prosesnya!

Simak info seputar tips perkuliahan lainnya hanya di Ruang Mahasiswa!


*) Artikel ini telah ditulis berdasarkan beberapa referensi valid melalui situs online terpercaya.

Penulis Venisa Yunita Sari
Mahasiswi Universitas Tanjungpura