Kita semua tentu sepakat, bahwa apapun keputusan yang kita buat pasti akan menghasilkan konsekuensi. Terlebih lagi, apabila keputusan tersebut dapat memengaruhi masa depan kita secara signifikan.
Hal tersebut membuat proses pembuatan keputusan tidak mudah, sobat. Salah satu contoh keputusan yang sulit untuk diambil adalah mengenai rencana setelah lulus sekolah.
Selain melanjutkan studi ke jenjang pendidikan tinggi atau memulai karir sebagai seorang pekerja, pilihan lainnya yang biasanya diambil oleh lulusan SMA/SMK adalah gap year.
Apa itu gap year?
Singkatnya, gap year adalah kondisi dimana kamu memutuskan untuk rehat sementara dari dunia pendidikan formal dan tidak segera lanjut kuliah meski telah lulus SMA/SMK.
Alasan orang memilih gap year cukup beragam, ada yang ingin mengejar kampus dan jurusan impian, ada yang ingin coba bekerja dan juga ada yang ingin mencari jati diri sebelum melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Memilih untuk gap year tentu bukan keputusan yang mudah. Oleh karena itu, dalam tulisan ini tim Ruang Mahasiswa siap membantu kamu dengan memberikan beberapa hal yang wajib menjadi pertimbangan kamu sebelum memutuskan untuk gap year!
Yuk, disimak!
1. Jangan hanya bersenang-senang, tetaplah fokus pada tujuan!
Gap year bukan berarti kamu memiliki waktu luang selama satu tahun penuh yang dapat kamu gunakan untuk berfoya-foya.
Alih-alih bersenang-senang, kamu harus tetap ingat pada tujuanmu memilih gap year.
Jika kamu memilih gap year karena ingin mengejar kampus atau jurusan impian, maka kamu harus tetap lebih banyak menyisihkan waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk seleksi di tahun selanjutnya.
Apabila tujuanmu untuk mencari pengalaman, kamu juga harus tetap mengontrol waktu dan mengerem pengeluaran, sobat.
Baca: 4 Langkah Supaya Mahasiswa Bisa Fokus Belajar di Luar Perkuliahan
Mencari pengalaman tidak harus dilakukan selama setahun penuh dan menghabiskan biaya mahal.
Kamu bisa mengikuti berbagai kegiatan kepanitiaan, kesukarelawanan, atau backpacker-an selama mengambil gap year.
Nah, pada waktu luang yang kamu miliki, kamu juga harus tetap mempersiapkan diri untuk menghadapi dunia perkuliahan ya, sobat!
2. Bimbel atau otodidak?
Apabila kamu memutuskan gap year karena alasan ingin fokus mengejar kampus dan jurusan impian di tahun mendatang, maka pilihan yang dapat kamu ambil untuk menghabiskan masa gap year hanya dua, yaitu: mengikuti bimbingan belajar (bimbel) atau belajar secara otodidak.
Mengikuti bimbel pada dasarnya dapat sangat membantu kamu untuk menggapai kampus impian, sobat.
Selain kegiatan belajar mengajar intensif yang tentunya membuat masa gap year-mu lebih produktif, beberapa hal yang menjadi nilai plus mengikuti bimbel adalah fitur konsultasi dan kisi-kisi soal.
Kedua fitur tersebut akan sangat membantu kamu dalam bersaing dengan ratusan ribu peserta seleksi lain yang juga mengincar kampus dan jurusan impianmu.
Namun, dengan mengikuti bimbel maka kamu harus mengeluarkan biaya ekstra. Biaya mengikuti bimbel juga tidak murah sobat, apalagi yang intensif dan difokuskan untuk seleksi PTS. Biayanya bisa mencapai belasan hingga puluhan juta.
Pilihan lain yang dapat kamu pilih adalah belajar secara otodidak alias belajar sendiri. Cara ini jauh lebih murah dibandingkan dengan mengikuti bimbel.
Beberapa hal yang dapat kamu jadikan amunisi untuk menghadapi pertempuran secara otodidak adalah buku-buku bank soal dan try out terbuka yang biasanya dilaksanakan secara daring maupun luring.
Baca : 4 Tempat Bimbingan Belajar Terbaik di Indonesia
Buku-buku bank soal dapat dengan mudah kamu temukan di toko-toko buku maupun marketplace online. Buku-buku ini dapat berguna untuk menambah pengetahuan kamu mengenai pola-pola soal yang mungkin keluar saat seleksi dan cara penyelesaiannya.
Sementara itu, try out juga dapat kamu ikuti untuk mengukur seberapa jauh kemampuan kamu dibandingkan dengan peserta/kandidat lainnya.
3. Bekerja, kenapa tidak?
Bekerja juga bukan merupakan hal yang buruk, sobat!
Selain membuatmu lebih mandiri secara finansial, bekerja juga berarti menambah pengalaman yang akan menjadi nilai lebihmu dibandingkan dengan teman-teman sejawatmu.
Pengalaman bekerja yang kamu cantumkan di CV setelah lulus dari perguruan tinggi akan membuatmu lebih unggul dibandingkan dengan teman-temanmu yang langsung memilih kuliah.
Ada banyak pekerjaan yang tersedia untuk lulusan SMA/SMK, mulai dari pekerjaan yang mengikat di perusahaan-perusahaan/kantor-kantor hingga pekerjaan yang lebih longgar seperti mengajar les dan menjadi freelancer.
Baca : Tamat SMA! KULIAH atau Kerja?
Namun, apapun pekerjaan yang kamu ambil, kamu harus tetap mengingat tujuan utamamu memilih gap year. Maka, jangan lupa dan tetap fokus untuk mempersiapkan diri sebelum lanjut ke jenjang pendidikan berikutnya ya, sobat!
4. Jadi junior teman seangkatan?
Memutuskan untuk gap year berarti membiarkan diri kamu tertinggal selama satu tahun pelajaran dari teman seangkatan secara akademik.
Ketika kamu memutuskan untuk kuliah pada tahun berikutnya, maka teman-teman seangkatan kamu sudah menjadi senior.
Hal ini mungkin tidak terlalu penting apabila kamu tidak menganggap ini sebagai sebuah masalah. Namun, hal ini akan menjadi pertimbangan yang perlu apabila kamu merasa gengsi menjadi junior dari teman-teman kamu.
Atau mungkin kamu merasa kurang nyaman karena untuk pertama kalinya tidak belajar bersama dengan teman-teman yang sebaya.
Tapi yang perlu sobat ketahui adalah bahwa tingkatan di kampus itu tidak menentukan penguasaan ilmu seseorang.
Meskipun masuk lebih lama, siapa tahu kamu lulus lebih cepat?
5. Mendapatkan stigma negatif
Hal penting lainnya yang perlu kamu ketahui dan pertimbangkan sebelum memilih gap year adalah pandangan masyarakat yang masih cenderung tertutup.
Banyak orang yang memandang sebelah mata dengan mengasosiasikan keputusan gap year dengan pengangguran dan kegagalan akademik.
Oleh karena itu, kamu harus mempersiapkan diri dengan berbagai pandangan tersebut, yang tak jarang diekspresikan melalui pertanyaan hingga seruan.
“Loh, kamu kok gak kuliah?” atau “di sana banyak pekerjaan loh, daripada nganggur di rumah!” dan banyak ekspresi lainnya yang menunjukkan ketidakpahaman orang lain atas keputusan yang telah kamu buat.
Tidak banyak memang yang bisa kamu lakukan untuk mencegah atau mengatasi hal ini. Tapi yang terpenting, kamu dapat terus menjelaskan rencanamu kepada orang-orang ini sehingga mereka bisa memahami rencanamu.
Selain itu, kamu harus selalu bercerita khususnya mengenai rencanamu setelah mengambil gap year dengan keluarga dan orang-orang terdekatmu agar mereka bisa selalu memberi dukungan moral dan bantu menjelaskan kepada orang lain.
6. Gap year lagi atau kuliah swasta?
Hal terakhir yang harus kamu pertimbangkan terkait dengan follow-up atau rencana lanjutan yang harus kamu persiapkan untuk tahun berikutnya.
Meskipun mengorbankan waktu selama gap year untuk belajar, bagaimanapun juga gap year bukanlah penjamin bagi kamu untuk lulus di kampus dan jurusan impian.
Oleh karena itu, kamu juga harus tetap menyiapkan rencana jangka panjang terkait langkah yang akan kamu ambil apabila tetap tidak lulus.
Maka, pilihan kamu hanya dua: gap year lagi untuk kembali mempersiapkan diri di tahun depan atau mengubur impian dan masuk ke kampus swasta.
Untuk pilihan pertama, maka kamu harus mempertimbangkan lebih lanjut terkait dengan modal uang, tenaga dan waktu yang kamu miliki.
Sementara pilihan lainnya untuk masuk ke kampus swasta juga bukan merupakan pilihan yang buruk. Yang terpenting, kampus swasta yang kamu pilih harus memiliki reputasi yang baik.
Hal ini bisa dilihat dari beberapa hal, seperti fasilitas, prestasi ataupun akreditasi kampus swasta tersebut.
Lagipula, meski memilih kuliah di kampus swasta, kamu tetap bisa kok mengikuti seleksi masuk ke kampus negeri di tahun berikutnya. Setidaknya, modal uang dan waktu yang kamu miliki tidak akan sebesar apabila memilih untuk gap year lagi.
Baiklah sobat, itulah beberapa hal yang harus kamu pertimbangkan sebelum memutuskan untuk gap year setelah lulus dari sekolah.
Baik buruknya gap year tergantung pada kebutuhan dan kemampuan yang kamu miliki. Gap year dapat menjadi hal yang sangat baik apabila dapat kamu manfaatkan dengan maksimal. Sebaliknya, ia akan berdampak buruk apabila kamu menyianyiakannya.
Keputusan terbaik ada di tanganmu, karena kamu adalah orang yang paling memahami kemampuan dan kebutuhan dirimu sendiri.