Merantau bukan hanya sekadar berpindah tempat tinggal. Merantau berarti  membuat sebuah keputusan untuk meninggalkan zona nyaman dan menjemput kesuksesan di tempat orang.  Merantau untuk bekerja atau melanjutkan pendidikan bukanlah perkara mudah.

Banyak hal yang harus dipikirkan sebelum akhirnya memilih pergi. Akan ada banyak tantangan yang dihadapi pada masa-masa perantauan. Ada rasa ingin pulang dan rasa ingin kembali pada kehidupan yang lebih nyaman. Keputusan ini jugalah yang bisa mengubah arah hidupmu. Apakah menjadi lebih baik atau sebaliknya.

Adakah yang harus ditakutkan dari sebuah perantauan? Apakah mampu beradaptasi, apakah kamu diterima di tempat itu, atau  sudah tepatkah keputusanmu untuk merantau?  Hei para perantau, berbahagialah bagi kamu yang sedang berjuang di perantauan, karena dirimu  pantang pulang sebelum menuai kesuksesan.

1. Salah paham dan kejadian memalukan itu wajar terjadi, merupakan suatu proses kamu untuk menempa diri

Di masa-masa awal di perantauan, mungkin kamu masih belum tahu sejauh mana dirimu mampu beradaptasi. Maklum, semuanya berbeda, mulai dari bahasa,  dialek yang dipakai, cuaca, makanan, sampai kebiasaan orang-orangnya.  Serta tidak jarang di awal masa perantauan kamu sering jadi bahan olokan oleh teman-temanmu.

Teman : “kamu mau cepet tau bahasa sunda ga? Coba deh kamu bilang ke si A, “maneh goreng patut, tara mandi pisan“

Kamu :  “emang artinya apa?”

Teman : “Kamu cantik sekali”

Kamu : “ooh, iya” *mengangguk dan bilang ke si A*

A : @#%#%$^^&$% *kesal*

*maneh goreng patut, tara mandi pisan artinya  Kamu jelek sekali, tidak pernah mandi.

Baca juga artikel motivasi ini: Jangan Terlarut dalam Kegagalan, Bangkitlah untuk Sejuta Mimpi

Bisa dibayangkan saat kamu menyadari kesalahanmu, kamu jadi malu luar biasa. Namun, berhubung semuanya masih baru dialami, kamu pun sering salah paham dan melakukan hal yang memalukan.  Di awal perantauan, salah itu wajar. Justru dari situ kamu akan lebih cepat belajar.

2. Tinggal di kost atau kontrakan sendiri, segala kegiatan harus dilakukan sendiri. Cara itu memotivasi kamu untuk menjadi pribadi yang mandiri

kisah mahasiswa perantau

Rumah yang selalu ramai dengan kehadiran orangtua, adik atau kakak  membuat kamu tak pernah merasa kesepian. Berbeda saat kamu harus tinggal sendiri di kost atau rumah kontrakan.

Kamu akan terbiasa hidup sendiri melakukan aktivitasmu sehari-hari. Meski ada teman-teman sesama perantau, kamu tetap saja sering merasa kesepian karena mereka pun sibuk dengan urusan masing-masing.

Maka kadang kala kamu akan merindukan suasana yang ada di dalam rumah. Biasanya ada Mama yang bantu menyiapkan segala kebutuhan dan keperluan. Biasanya ada keluarga yang menemani kita mengerjakan pekerjaan rumah . Biasanya ada Bapak yang  mengantar ke dokter saat sakit. Semua hal tampak lebih mudah ketika bersama keluarga.

Di perantauan segala kegiatan harus kamu lakukan sendiri, mulai dari makan, mencuci, melakukan pekerjaan rumah/kosan yang kamu tempati, bahkan pada saat kamu sakit, kamu sendiri yang harus pergi ke dokter. Kamu dituntut untuk  berkembang menjadi pribadi yang mandiri, dan itu bisa didapat ketika kamu merantau.

Tinggal jauh dari keluarga membuat kamu berpikir dua kali untuk meminta bantuan, saat kamu bisa mengerjakannya sendiri, kenapa harus bergantung kepada orang lain.

3. Hemat.. Hemat.. Hemat !!!

Mengingat uang kiriman atau penghasilan bulanan yang diberikan, membuat kamu tidak boleh semaunya. Jika sebelumnya kamu bebas mau makan apa saja di rumahmu, namun tidak dengan perantauan.

Di perantauan tidak ada masakan yang rasanya sebanding dengan masakan rumah dan hargaya gratis. Disini  kamu harus hemat dan sederhana. Tetapi hemat dalam hal ini bukan berarti kamu tidak makan karena harus hemat untuk dapat membeli keperluan lain.

Baca: 10 Tips Cerdas Mengelola Uang Saku untuk Anak Kos

Terlalu sering bermewah-mewahan di luar bisa cepat menguras isi dompetmu. Hal ini menjadikan kamu menjadi anak kos sejati yang mewah di awal bulan dan mie instan di akhir bulan.

Buatlah rincian pengeluaran harian yang  bisa  kamu lakukan untuk mengelola keuanganmu, sehingga dapat membuat isi dompetmu tetap aman. Sesekali kamu juga bisa mengajak teman seperantauanmu untuk masak bersama, selain berhemat kamu juga mengeratkan hubungan dengan teman-teman barumu.

4. Bertemanlah dengan siapa saja. Banyak teman berarti banyak teman berbagi dan dapat menolong kamu dalam situasi apapun.

suka duka perantau

Di kota asalmu, kamu mungkin masih bisa berteman dengan orang-orang yang berasal dari lingkunganmu dengan suku dan ras yang relatif sama. Namun, di perantauan kamu tidak bisa menerapkan gaya ber-sosialisasi seperti itu.

Ada kalanya, kamu butuh lingkungan yang lebih luas untuk memberi jaminan keamanan yang lebih besar lagi. Di perantauan kamu bisa berteman dengan orang-orang baru yang berbeda dengan lingkungan asalmu. Karena jauh dari orang tua, membuat teman-teman di perantauan adalah keluargamu yang akan menolongmu ketika kamu sedang kesusahan.

Baca juga: 5 Tips agar Semangat Menjalani Kuliah

Karena itu membuka diri dan berteman dengan siapa saja jadi kebutuhan yang perlu kamu penuhi. Semata-mata agar dirimu semakin aman di perantauan ini. Semakin banyak teman, maka semakin banyak temanmu untuk berbagi dan menolong kamu

5. Jangan  lupa memberi kabar, ingat orangtua yang selalu mengharapkanmu kembali.

Jika kamu sudah menaklukkan tantangan yang ada di dunia perantauan dengan sendirinya rasa nyaman itu akan muncul. Tidak ada hal lain lagi yang perlu dikhawatirkan karena kamu sudah kenal baik dengan lingkungan barumu.

Namun ada hal yang tidak boleh kamu lupakan, jangan sampai lupa ada  orangtuamu yang selalu mengharapkanmu kembali, buatlah mereka bangga punya anak sepertimu, sehingga  kamu tidak menyesal memutuskan untuk merantau.

Hal yang paling dinantikan saat merantau adalah pulang. Senyaman-nyamannya perantauan, rumah tetap jadi sangkar indah dan nyaman untuk tempat beristirahat ketika kamu pulang.

Tempat di mana kehangatan keluarga tercurah dan  kamu tidak terlalu perlu mengkhawatirkan banyak hal. Tapi bukan berarti kamu yang sudah merantau harus terus membandingan kenyamanan antara rumah dengan tempat tinggal barumu. Biarkan diri kamu berkembang menyesuaikan lingkungan. Jangan menyerah dan kalah.

Bersabarlah untuk menanti waktu di mana kamu akan pulang.

Kamu akan selalu punya tempat untuk pulang, Punya rindu yang harus dituntaskan dan punya agenda untuk menghabiskan liburan.

Merantaulah agar kamu tahu, kenapa harus pulang.

Penulis: Prawita Oktovini Sihotang
Pejuang Bumi Parahyangan