Salah satu tanggung jawab utama bagi seorang mahasiswa adalah sebagai iron stock bagi bangsa dan negara. Peran mahasiswa sebagai iron stock memang tidak terlalu populer seperti peran lainnya, yaitu sebagai agent of social control dan agent of change yang biasa kita dengar saat pimpinan organisasi kampus berorasi dalam kegiatan orientasi mahasiswa baru (OSMB) ataupun perkenalan kehidupan kampus mahasiswa baru (PKKMB).
Lantas, apa itu iron stock? Pada intinya, peran mahasiswa sebagai iron stock berarti mahasiswa bertanggung jawab terhadap regenerasi kader-kader intelektual yang kelak akan menakhodai sebuah kapal besar bernama Indonesia ini.
Hal ini dikarenakan, mahasiswa memang dipersiapkan untuk menempati posisi-posisi penting dan strategis di negara ini ketika kelak sesudah menyelesaikan pendidikannya, baik di lembaga-lembaga eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Serta menjadi penggerak bagi LSM-LSM yang menyuarakan suara parau masyarakat sipil yang tidak terakomodasi oleh lembaga-lembaga pemerintah.
Oleh karenanya, mahasiswa memiliki tanggung jawab moral untuk menguasai bidang ilmu yang dipelajarinya, untuk kemudian mengimplementasikannya ke dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Maka dari itu, tidak heran apabila dunia kemahasiswaan sangat identik dengan dunia tulis menulis. Pasalnya, dengan menulis mahasiswa dilatih kemampuannya untuk menyampaikan gagasannya sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah yang sistematis, objektif dan empiris.
Ada berbagai jenis tulisan yang dapat dibuat, seperti esai, opini, artikel ilmiah, karya tulis ilmiah hingga skripsi.
Nah sobat, dalam tulisan ini, saya dari tim Ruang Mahasiswa secara khusus akan mengelaborasi manfaat-manfaat yang dapat kamu peroleh dengan menulis artikel ilmiah, untuk kemudian dipublikasikan ke jurnal, baik jurnal universitas maupun jurnal lembaga-lembaga riset lainnya.
Setidaknya ada 5 manfaat besar yang akan kamu dapatkan ketika melakukan publikasi artikel ilmiah ke jurnal, sobat. Penasaran?
Yuk, simak artikelnya!
1. Memperdalam pemahaman terhadap materi perkuliahan

Sumber gambar: pexels.com
Ketika menulis artikel ilmiah yang berkaitan dengan bidang ilmu kamu, kamu dituntut untuk membaca banyak referensi. Referensi ini bisa berasal dari berbagai sumber, mulai dari buku, jurnal, publikasi ilmiah, dokumen-dokumen negara, artikel daring hingga berita harian.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa banyak membaca merupakan kunci untuk memperoleh pengetahuan.
Ada adagium yang mengatakan “buku adalah jendela dunia”. Buku di sini tentu tidak terbatas pada buku dalam bentuk fisik, melainkan secara substantif yakni ilmu yang diperoleh dari isi buku tersebut.
Baca: 10 Situs Download e-Book Gratis dan Legal
Hari ini, ilmu tersebut tidak hanya bisa didapat dari buku, melainkan dari bentuk-bentuk lain seperti yang telah disebutkan di atas. Maka, dengan banyak membaca ketika melakukan penelitian, wawasanmu mengenai bidang keilmuanmu akan secara otomatis meningkat dengan sendirinya.
Selain dengan membaca dari banyak referensi, cara lain dalam melakukan penelitian adalah dengan terjun ke lapangan untuk mencari data primer.
Dalam mencari data primer, kamu akan meningkatkan pemahaman sekaligus pengalaman dalam bidang keilmuanmu. Kamu akan melihat kenyataan mengenai disparitas yang ada antara materi yang dipelajari di ruang kelas dengan praktik yang terjadi pada kenyataan.
2. Latihan persiapan untuk Tugas Akhir
Tugas akhir adalah syarat wajib untuk mahasiswa. Seperti skripsi adalah syarat wajib bagi siapa saja yang ingin lulus dari jenjang S1 dan meraih gelar sarjana. Namun, skripsi kerap kali menjadi momok menakutkan bagi para mahasiswa khususnya yang berada pada semester akhir.
Ada beragam hal yang menyebabkan hal ini, mulai dari rasa malas yang menyelimuti untuk memulai hingga banyaknya revisi yang menyebabkan wisuda tertunda, atau juga tidak tahu memulai penulisan skripsi.
Berlatih menulis artikel ilmiah adalah salah satu cara efektif untuk mengatasi ini. Hal ini dikarenakan, ketika menulis artikel ilmiah kamu akan mempraktekkan secara langsung metode-metode penelitian yang dipelajari di dalam kelas.
Baca: Menulis Sebagai Aktualisasi Pembelajaran
Dalam mengupas studi kasus yang kamu angkat, kamu diwajibkan untuk menggunakan metodologi yang nantinya juga akan digunakan ketika menyusun skripsi.
Dengan menulis artikel ilmiah kamu juga akan terbiasa untuk menulis seseuai dengan kaidah-kaidah saintifik, yakni sistematis, objektif dan empiris.
Ada pepatah yang mengatakan “tajam pisau karena diasah”. Semakin sering kamu membuat artikel ilmiah, semakin dalam pula pemahamanmu mengenai metodologi dan sistematika penulisan ilmiah yang baik dan benar.
Jika sudah paham, maka kamu tidak akan melihat skripsi sebagai momok yang menakutkan lagi di semester akhir nanti.
3. Portofolio
Setelah kamu tau manfaat menulis artikel ilmiah, lantas apa manfaat mempublikasikannya ke jurnal? Jadi sobat, manfaat utama dari dipublikasikannya artikel ilmiahmu di jurnal adalah pengakuan.
Ketika artikelmu berhasil melewati serangkaian seleksi yang telah dilakukan oleh reviewer dan editor, maka satu hal yang pasti adalah kamu telah mendapatkan pengakuan bahwa artikelmu telah ditulis dengan mengikuti kaidah-kaidah yang telah ditentukan dan memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan.
Dengan menerbitkannya di jurnal, artinya artikel ilmiahmu juga telah diabadikan dalam bentuk tulisan alias kamu sudah memiliki portofolio berkaitan dengan bidang keilmuanmu. Portofolio ini berguna untuk kamu yang berniat untuk melamar pekerjaan di lembaga-lembaga think tank selepas kuliah nanti.
Portofolio yang kamu miliki juga akan berguna ketika kamu ditunjuk menjadi pembicara pada seminar-seminar maupun forum-forum diskusi. Portofolio ini menjadi bukti bahwa kamu memang menguasai hal-hal tertentu, dan oleh karenanya, maka kamu memiliki kapasitas lebih dibandingkan dengan orang lain untuk membicarakan hal-hal tersebut.
Selain itu, portofolio ini juga dapat kamu lampirkan pada kolom “Daftar Publikasi Ilmiah” di curriculum vitae-mu, yang mana nantinya hal ini akan sangat berguna ketika kamu ingin mendaftar beasiswa atau melanjutkan studi ke jenjang S2/S3 lho, sobat!
4. Syarat wajib menjadi seorang akademisi atau dosen

Sumber gambar: pexels.com
Bagi kamu yang ingin melanjutkan karir di bidang akademik, baik sebagai dosen maupun jenjang akademisi lainnya, menerbitkan artikel ilmiah di jurnal yang telah terakreditasi merupakan syarat wajib.
Perguruan Tinggi Negeri (PTN) mewajibkan publikasi setidaknya satu artikel ilmiah di jurnal bagi siapapun yang ingin menjadi dosen disana.
Selain itu, ada pula peraturan yang mewajibkan para akademisi untuk menerbitkan artikel ilmiahnya apabila ingin tetap mendapat tunjangan dari negara.
Oleh karena itu, belajar menulis artikel ilmiah dan mempublikasikannya di jurnal sejak masih duduk di bangku S1 merupakan modal yang sangat baik bagi kamu yang ingin berkarir sebagai seorang akademisi.
Tanpa memiliki publikasi ilmiah di jurnal, maka akan sangat sulit bagi kamu untuk berkarir di bidang ini.
5. Jalan untuk menjadi Profesor
Mendapatkan gelar profesor merupakan pencapaian tertinggi bagi siapapun yang berkiprah di dunia akademik. Pasalnya, profesor adalah pangkat dosen tertinggi di perguruan tinggi. Sebutan lainnya adalah mahaguru dan guru besar. Mendapatkan gelar profesor menjadi simbol bahwa kamu telah benar-benar menguasai dan memiliki kontribusi yang berarti dalam bidang keilmuan tertentu.
Karena sangat prestisius, maka tidak mudah untuk meraih gelar ini. Salah satu syarat utamanya adalah harus ada publikasi artikel ilmiah di jurnal internasional bereputasi.
Salah satu tolok ukur utama bagi jurnal internasional yang dianggap memiliki reputasi adalah telah terindeks oleh Scopus atau Thomson.
Menerbitkan artikel ilmiah di jurnal internasional yang bereputasi ini tidaklah mudah, karena selain harus memiliki kemampuan analisis yang baik, para peneliti juga dituntut untuk membuat topik dan konten penelitian yang benar-benar bermanfaat bagi masyarakat. Para penulis juga harus memiliki kemampuan menulis dan menyampaikan argumen dalam bahasa Inggris dengan baik.
Salah satu tips agar tulisan bisa tembus ke jurnal bereputasi tersebut menurut Tole Sutikno –dosen Teknik Elektro di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta yang sudah puluhan kali menerbitkan artikel ilmiah di jurnal terindeks Scopus– adalah dengan sering-sering berlatih menulis jurnal.
Baca: 10 Situs Jurnal Internasional Untuk Kamu Mahasiswa Akhir
Ia berpendapat, bahwa kemampuan menulis jurnal tidak sepenuhnya berasal dari bakat, melainkan juga skill.
Jika semakin sering diasah dan dilatih, maka kemampuan dalam menulis artikel ilmiah akan semakin baik dan meningkat. Oleh karena itu, berlatih menulis artikel ilmiah untuk diterbitkan di jurnal akan sangat bermanfaat bagi kamu yang memang memiliki mimpi untuk menjadi seorang profesor.
Nah, sobat! Itulah 5 manfaat publikasi artikel ilmiah di jurnal bagi mahasiswa yang harus kamu ketahui. Selain melalui jurnal, sesungguhnya kamu juga dapat mempublikasikan artikel ilmiahmu dengan mengikuti konferensi-konferensi ilmiah yang ada, baik yang bertaraf nasional maupun internasional.
Hanya saja, biaya publikasi melalui jurnal jauh lebih ekonomis jika dibandingkan dengan melakukan publikasi melalui konferensi ilmiah.
Jadi, sudah siapkah untuk menerbitkan artikel ilmiahmu di jurnal, sobat?