SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) adalah salah jalur masuk ke PTN (Perguruan Tinggi Negeri) melalui test tertulis.

SBMPTN sejatinya adalah ajang tahunan buat calon mahasiswa yang ingin mengenyam pendidikan di PTN. Untuk kamu yang memimpikan kuliah di universitas – universitas top di Indonesia, seperti UGM, UI atau ITB kamu bisa mencoba melalui jalur ini.

Untuk mengikuti SBMPTN, banyak persiapan yang dilakukan oleh calon mahasiswa umumnya, mulai dari ikut program bimbingan belajar, diskusi bareng teman, atau sering – sering ikut try out agar dapat mengukur kemampuan belajar.

Baca: SUKSES SBMPTN? PASTI BISA! Berikut Tips-nya

Kali ini kita akan membahas sebuah topik yang tidak kalah penting seputar SBMPTN, yaitu tentang Sistem Penilaian SBMPTN 2018.

Berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya yang menerapkan sistem penilaian jika benar memiliki skor:4, salah memiliki skor: -1 dan tidak menjawab memiliki skor: 0.

mengetahui sistem penilaian baru sbmptn

Namun pada tahun 2018 sistem penilaiannya lebih memperhitungkan karakteristik setiap soal khususnya tingkat kesulitan dan sensitivitasnya dalam membedakan kemampuan peserta.

Baca: Ini 7 Alasan Yang Sebaiknya Kamu Pertimbangkan Saat Menentukan Jurusan Kuliah

Maka dengan menerapkan sistem baru ini, prosedur penilaian akan dilakukan melalui 3 tahap, yaitu:

  1. Tahap I, seluruh jawaban peserta SBMPTN 2018 akan diproses dengan memberi skor 1 (satu) pada setiap jawaban yang benar, dan skor 0 (nol) untuk setiap jawaban yang salah atau tidak dijawab/kosong.
  2. Tahap II, menggunakan pendekatan Teori Response Butir (Item Response Theory) yaitu setiap soal akan dianalisis karakteristiknya, di antaranya adalah tingkat kesulitan relatifnya terhadap soal yang lain, dengan mendasarkan pada pola respons jawaban seluruh peserta tes tahun 2018.
    Dengan menggunakan model matematika, maka akan dapat diketahui tingkat kesulitan soal-soal yang dikategorikan mudah, sedang, maupun sulit.
  3. Tahap III, karakteristik soal yang diperoleh pada Tahap II, kemudian digunakan untuk menghitung skor setiap peserta.
    Soal-soal sulit akan mendapatkan bobot yang lebih tinggi dibanding soal-soal yang lebih mudah. Tahap-tahap penghitungan skor ini dilakukan oleh tim yang memiliki kompetensi di bidang pengujian, pengukuran dan penilaian.

Dengan sistem ini, maka setiap peserta yang dapat menjawab jumlah soal yang sama dengan benar, akan dapat memperoleh nilai yang berbeda, tergantung pada soal mana saja yang bisa dijawab dengan benar.

Contoh: jika si A & B menjawab 5 soal yang benar, belum tentu total nilai mereka sama.

Jika mengacu pada penilaian sebelumnya, maka jika si A & B menjawab 5 soal yang benar, otomatis total nilai mereka jadi 20 (dalam konteks ini nilai dikali 4 dan tidak dikurangkan dengan jumlah yang salah).

penilaian sbmptn 2018

Namun, untuk sistem yang baru diterapkan pada 2018 ini, berbeda. Berikut penjelasannya:

Contohnya, peserta A dapat menjawab dengan benar 5 soal yaitu nomor 1, 5, 7, 11, dan 13, sedangkan peserta B juga dapat menjawab 5 soal dengan benar yaitu nomor 1, 5, 9, 12, dan 15.

Kedua peserta tersebut akan mendapatkan skor akhir yang berbeda karena butir soal yang dijawab dengan benar oleh peserta A memiliki tingkat kesulitan yang berbeda dengan butir soal yang dikerjakan dengan benar oleh peserta B.

Karena bisa saja soal nomor 7, 11 & 13 adalah soal kategori mudah namun untuk nomor 9, 12 & 15 adalah soal kategori sulit.

Meski sistem ini terlihat baru di Indonesia, namun ini sudah lama digunakan secara meluas di negara-negara maju seperti Amerika dan Eropa.

Karena dengan menyertakan karakteristik setiap soal dalam penilaian, skor yang diperoleh akan lebih fair dan dapat membedakan kemampuan peserta dengan lebih baik.

Baca: 6 Program Beasiswa Dikti untuk S1, S2 dan S3

Mungkin bagi calon mahasiswa yang ingin ikut SBMPTN 2018 mungkin merasa rumit dengan sistem yang baru ini.

Namun percayalah bahwa sistem ini akan menjaring calon – calon mahasiswa PTN yang lebih berkualitas dan punya kompetensi yang tinggi.